Kenali Jurucakap Mujahidin IS Biografi Syaikh Al-Adnani

  Biografi Syaikh Al-Adnani, Sang Manjanik Daulah Islam   
 Iklan Penaja


PENJIMAT MINYAK PETROL  


BERBAIK!!! UNTUK KENDERAAN ANDA

Shoutussalam Islamic Media
menghadirkan
Terjemah Indonesia Risalah
Judul Risalah: Al-Lafzhu As-Sani min Tarjamah Al-‘Adnani
Judul Terjemahan: Biografi Syaikh Al-Adnani, Sang Manjanik Daulah Islam
Penulis: Syaikh Turki Al-Bin’ali
Tanggal terbit: 26 Mei 2014
Penerjemah: Ganna Pryadha

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah
Prolog
Segala puji bagi Allah yang memuliakan orang-orang bertauhid. Shalawat serta salam untuk  Nabi yang jujur lagi terpercaya, juga untuk kerabat keluarga dan para sahabat beliau.
Amma ba’du.

Sebenarnya untuk orang sekaliber seperti Syaikh Mujahid Abu Muhammad Al-Adnani –semoga Allah menjaganya—tidak perlu lagi dijelaskan biografinya. Para ulama mengatakan, “Orang-orang yang terkenal tidak perlu diperkenalkan lagi.”

Hanya saja, akhir-akhir ini, saya menyaksikan banyak pelanggaran dan pelecehan terhadap simbol-simbol umat, para tokohnya, para pahlawannya, dan para ksatrianya. Sampai-sampai saya mendengar seorang murid Syiah Rafidhah Hani As-Siba’i melecehkan Syaikh kami dengan penuh distorsi dan kedustaan. Dia melabelinya dengan label-label yang melecehkan dan menistakan. Ada adagium (pepatah) Arab mengatakan, “Setiap wadah akan menumpahkan muatannya!”

Oleh karena itu, ada baiknya bagi saya untuk menuliskan biografi singkat untuk Sang Ksatria penyampai penjelasan dan keterangan (baca: juru bicara) yang akan disukai para wali Allah dan dibenci para musuh-Nya!

Imam Muslim mengeluarkan sebuah riwayat di dalam Shahih-nya, dari Ibnu Sirin Rahimahullahu yang berkata,

لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الْإِسْنَادِ، فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ، قَالُوا: سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ، فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ، وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ
“Dulu mereka (para ulama) tidak pernah bertanya tentang sanad. Namun ketika terjadi fitnah, mereka pun berkata, ‘Sebutkan pada kami rijal (para pelansir hadits) kalian.’ Apabila dilihat rijal tersebut dari kalangan Ahlussunnah, maka diterimalah haditsnya, dan jika dari kalangan ahli-bid’ah, maka tidak diterima.”

Perjuangan Mencari Ilmu

Sejak kecil, Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Asy-Syami tumbuh dalam kecintaan terhadap masjid. Beliau rutin mendatanginya setiap waktu. Sejak kecil juga, beliau memiliki kegemaran terhadap membaca dan menelaah. Sampai-sampai, jika keluarga dan kerabatnya hendak membelikan hadiah, maka mereka membelikan buku-buku cerita dan buku-buku kecil untuknya. Karena mereka tahu bahwa Al-Adnani kecil lebih menyukai buku, sehingga mereka lebih mengutamakan membeli buku ketimbang mainan anak-anak!

Oleh sebab itu, Syaikh Al-Adnani mendapatkan banyak wawasan umum sejak kecilnya. Beliau akan membaca buku apa pun yang ada di tangannya, termasuk kitab-kitab tentang bahasa, filsafat, dan lain sebagainya. Kemudian Syaikh Al-Adnani diberi kesempatan untuk mengikuti halaqah (pengajian) Al-Quran, dan mulailah memperdalam bacaan Al-Quran kepada salah seorang qari` Al-Quran, lalu menghafal Al-Quran, dan berhasil menyelesaikan hafalan secara sempurna dalam waktu kurang dari setahun!

Hobi membaca yang dimiliki Syaikh Al-Adnani selanjutnya beralih dari buku-buku umum ke buku-buku bertema khusus –dalam disiplin ilmu-ilmu agama—dimulai dari kitab-kitab tafsir Al-Quran. Kitab tafsir favoritnya adalah Tafsir Ibnu Katsir yang dibacanya berulang-ulang kali, kemudian kitab tafsir Fi Zhilal Al-Qur`an. Sampai-sampai Syaikh Al-Adnani begitu menyukai gaya penulisan tafsir Fi Zhilal Al-Qur`an. Pun demikian dengan kitab-kitab hadits, terutama literatur terpenting menurutnya, yaitu kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim yang ditelaahnya secara bergantian. Begitu juga dengan kitab-kitab fikih secara umum. Syaikh Al-Adnani sangat menyenangi kitab-kitab karya Imam Asy-Syaukani Rahimahullahu, terutama kitab Nail Al-Authar, dan bersungguh-sungguh menelaah pembahasan fikih jihad.

Syaikh Al-Adnani juga membaca kitab semisal Masyari’ Al-Aswaq yang dibacanya lebih dari tiga kali. Begitu pula dengan kitab-kitab sirah dan tarikh yang diberi porsi perhatian paling utama, khususnya kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah yang telah dibaca sebanyak enam kali. Sedangkan kitab-kitab bahasa dan sastra Arab, sebutkanlah literatur-literatur keduanya sekehendak Anda. Ini mengingat, keduanya merupakan disiplin keilmuan yang menjadi spesialisasi dan ranah yang paling dikuasainya!

Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani menelaah hampir semua kitab adab (sastra), semisal Al-Bayan wa At-Tabyin, kitab Al-‘Aqdu Al-Farid, dan yang lainnya. Sebagaimana beliau juga membaca kitab-kitab dawawin (berkenaan dengan syair-syair bangsa Arab) semisal Al-Mu’allaqat beserta sejumlah syarh-nya (kitab penjelas), dan menghafal begitu banyak syair mereka. Saya menduga bahwa Syaikh Al-Adnani hafal diwan (kitab syair) Al-Mutanabbi. Beliau berkata tentang Al-Mutanabbi, “Tidaklah aku memandangnya, melainkan aku merasakan kondisi bangsa Arab ketika masa Jahiliyah dan Islam.” Selain itu, beliau juga menguasai disiplin ilmu nahwu (tata gramatika bahasa Arab) dan mempelajari kitab Al-Ajrumiyah, Qatrun-nada, juga Alfiyah Ibnu Malik. Sedangkan kitab-kitab mu’jam (kamus), Syaikh Al-Adnani menelaah Lisanul-‘Arab karya Ibnu Manzhur, dan lain sebagainya.

Tiada kemuliaan, melainkan bagi ahli ilmu karena mereka berada di atas petunjuk
Siapa yang meminta petunjuk, maka akan mendapatkan dalil-dalil
Timbangan setiap orang berdasarkan apa yang menjadikannya baik
Bagi ahli ilmu, orang-orang bodoh adalah musuh

Guru-Gurunya

Selain belajar dan mengambil manfaat ilmu dari berbagai kitab literatur, Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani juga menuntut ilmu dari sejumlah tokoh ulama di Syam. Dan mengingat situasi keamanan sangat ketat di Suriah yang berada di bawah cengkeraman para thaghut, Syaikh Al-Adnani bersama para rekan sejawatnya bersepakat secara rahasia untuk belajar bersama-sama di sejumlah rumah secara bergiliran, selama bertahun-tahun.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberinya kesempatan pergi ke Irak, untuk menuntut ilmu dan belajar ke sejumlah ulama. Di antara para ulama yang menjadi guru-gurunya:

  1. Syaikh Abu Anas Asy-Syami Rahimahullahu. Syaikh Al-Adnani menemaninya dalam waktu lama, sehingga dapat mengambil banyak hal baik dari dirinya dan ilmu yang dimilikinya. Syaikh Al-Adnani mengomentari gurunya dalam dua buah bait indah:
Dari Syam terdapat singa Irak, yaitu Abu Anas
Dengan gurauannya sirnalah segala musibah dan terbitlah bahagia
Dalam ranah ilmu, dia bak lautan. Di pertempuran, dia ahli strategi bak insinyur
Dalam ilmu hadits dia ulamanya, dan dalam bidan politik dia seorang jenius
  1. Syaikh Abu Maisarah Al-Gharib Rahimahullahu. Syaikh Al-Adnani menemaninya baik ketika di penjara atau ketika bebasnya, dan belajar banyak hal darinya.
  2. Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi Hafizhahullahu. Syaikh Al-Adnani menyelesaikan bacaan Al-Quran secara sempurna kepada Syaikh Abu Bakar, melalui hafalannya. Begitu kagumnya, Syaikh Abu Bakar sampai mengomentari, “Saya tidak pernah melihat orang dengan hafalan sepertinya, selain hafalan si Fulan! (mengisyaratkan kepada Syaikh Al-Adnani)”
Jangan mengambil ilmu selain dari para pakar
Dengan ilmu kita hidup dan dengan nyawa kita berkorban
Adapun terhadap orang bodoh maka jauhilah duduk bersama mereka
Akan tersesat orang yang diberi petunjuk oleh orang bodoh

Buku-buku dan Karya Tulisnya

Karena waktu yang dimiliki Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani begitu sempit, maka kebanyakan tulisannya masih berbentuk manzhumah (naskah atau syair yang terpisah-pisah). Di antara tulisan-tulisannya yang mencolok dan berbentuk manzhumah atau mantsur (natsar/prosa):
  1. Matan (teks) tentang fikih dan persoalan-persoalan jihad.
  2. Manzhumah fikih jihad. Hanya saja, tentara Amerika merampas naskah tersebut ketika Syaikh Al-Adnani berada di penjara.
  3. As-Silsilah Adz-Dzahabiyah fi Al-A’mal Al-Qalbiyah, naskah tentang amalan-amalan hati dan segenap persoalannya.
  4. Mu’inah Al-Huffazh, naskah yang memandu para penghafal Al-Quran, dan segala persoalan yang berkaitan dengannya.
  5. Qashidah fi Dzikri Ma’rakah Al-Fallujah Ats-Tsaniyah, memuat sekitar lebih dari 200 bait sanjak.
  6. Syair-syair berjudul Al-Qa`idi. Kumpulan syair kehormatan untuk membantah para pengkritik Al-Qaidah generasi pertama.

Mengajar dan Menyampaikan Ceramah

Syaikh Al-Adnani sangat memerhatikan aktivitas ta’lim (pendidikan) dan tadris (pengajaran), terutama untuk mujahidin fi sabilillah. Bahkan Syaikh Al-Adnani pernah memberikan sekitar 14 pengajaran dalam sehari semalam untuk mereka.

Syaikh Al-Adnani juga mengarahkan upaya dan kerja kerasnya untuk mengajarkan ilmu-ilmu syariat secara umum, serta pelajaran-pelajaran akidah, Al-Quran, bahasa, dan fikih jihad secara khusus. Dalam bidang akidah, Syaikh Al-Adnani mengajarkan hampir seluruh kitab yang berisi matan-matan akidah semisal:
  1. Al-Ushul Ats-Tsalatsah (Tiga Pokok Utama)
  2. Al-Qawa’id Al-Arba’ (Empat Kaidah Akidah)
  3. Syuruth wa Nawaqidh La Ilaha Illallah (Syarat-Syarat dan Pembatal-Pembatal Tauhid)
Tak hanya itu, Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani juga menaruh perhatian terhadap pendidikan terkait persoalan-persoalan keimanan, kekafiran, dan segala hal yang berkaitan dengan pembahasan serius tersebut.

Adapun Al-Quran, Syaikh Al-Adnani menyempatkan diri untuk mengisi berbagai halaqah tashhih tilawah (kajian koreksi baca Al-Quran) dan halaqah tahfizh (menghafal Al-Quran). Di seluruh halaqah itu, Syaikh Al-Adnani lebih memprioritaskan untuk mengajarkan orang-orang yang tidak bisa baca-tulis Al-Quran.

Syaikh Al-Adnani yang merupakan Juru Bicara Daulah Islam ini juga menyampaikan pengajaran dalam bidang bahasa Arab, dan mengajarkan sejumlah matan, termasuk matan Al-Ajrumiyah. Syaikh memiliki metode khusus dalam mengajarkan ilmu nahwu, melalui enam fase pengajaran yang beliau adaptasi dari sejumlah gurunya.

Dalam bab fikih jihad, Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Asy-Syami mengajarkan sejumlah kitab, di antaranya adalah kitab yang ditulisnya tentang fikih dan persoalan jihad, lalu kitab Al-‘Umdah fi I’dad Al-‘Uddah (karya Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz), serta berbagai kitab dan matan lainnya.

Jabatan-jabatan Penting

Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Asy-Syami terjun ke dalam kancah pergerakan tanzhim jihad sejak permulaan tahun 2000 M, ketika saat itu berbaiat kepada Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi Rahimahullahu di Suriah, bersama sekitar 35 ikhwan yang lain. Mereka melakukan I’dad (latihan) untuk memerangi rezim Nushairiyah pada waktu itu, sebelum Amerika masuk ke Irak. Ketika Amerika melakukan invasi ke Irak, Syaikh Al-Adnani berangkat menuju Irak, dan bertemu dengan Syaikh Abu Muhammad Al-Libnani Rahimahullahu.

Berkat keutamaan Allah, sejak saat itu, Syaikh Al-Adnani senantiasa tampil sebagai seorang mujahid di Irak dan Syam. Di antara berbagai kedudukan dan jabatan penting yang pernah diembannya:
  1. Instruktur di kamp pelatihan militer Haditha pada masa Jamaah Tauhid wal Jihad.
  2. Pemimpin kamp pelatihan militer Haditha dan dilantik oleh Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi.
  3. Instruktur di kamp pelatihan militer Al-Jazira.
  4. Syar’i (ulama pemegang otoritas) di Sektor Barat, Wilayah Anbar.
  5. Juru Bicara Resmi Daulah Islam Irak.
  6. Juru Bicara Resmi Daulah Islam Irak dan Syam.
  7. Juru Bicara Resmi Daulah Islam (Daulah Khilafah Islamiyah).

Cobaan dan Ujian

Jalan dakwah tauhid dan jihad sarat dengan cobaan dan ujian. Orang yang menapaki jalan ini tidak akan luput dari siksaan dan pemenjaraan! Pemenang di jalan ini hanyalah orang yang konsisten dan sabar. Sebagaimana disebutkan, “Orang yang tidak menjalani permulaan yang membara, maka dia takkan merasakan manisnya akhir yang berkilauan.”

Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Hafizhahullahu merupakan salah seorang putra yang lahir dari kerasnya gemblengan jalan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang mendapat ujian dan cobaan di jalan Allah. Di antara ujian yang pernah dijalani Syaikh Al-Adnani:
  1. Di awal-awal masa dewasa, Al-Adnani muda berulang kali dipanggil aparat keamanan rezim Syiah Nushairiyah Suriah, dan menjalani proses interogasi.
  2. Mendekam dalam penjara rezim Nushairiyah sebanyak tiga kali disebabkan aktivitas dakwah dan jihad, salah satunya di kawasan Albukamal ketika untuk pertama kalinya Syaikh Al-Adnani bertolak menuju Irak. Syaikh Al-Adnani mendekam di dalam penjara selama berbulan-bulan, sampai akhirnya dibebaskan, karena tidak mau memberi pengakuan, padahal sudah mendapatkan siksaan.
  3. Ditahan di penjara-penjara pasukan Amerika sebanyak dua kali. Di salah satu tahanan mereka, Syaikh Al-Adnani dipenjara selama enam tahun, dan dimasukkan ke dalam tenda bersama orang-orang Az-Zarqawi yang notabene adalah sosok-sosok terkemuka yang mengenal lingkaran pertama dari para mujahid di sekitar Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi.
  4. Di segenap tubuhnya terdapat berbagai bekas luka. Dan menderita retak di sejumlah tulang di tubuhnya.
Saya memohon kepada Allah agar senantiasa menjaga Syaikh Al-Adnani dari segenap keburukan dan memberi keberkahan pada umur dan amalnya untuk umat ini.

Lika-Liku Kehidupannya

Sepanjang meniti jalan kehidupan intelektual, dakwah, dan jihad, Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Hafizhahullahu memiliki sejumlah fragmen kehidupan berkesan, di antaranya:
  1. Sewaktu pertama kali duduk mengikuti halaqah tilawah Al-Quran, di dalam jiwa Al-Adnani kecil terpatri tekad bahwa dia akan menjadi qori Al-Quran terbaik di antara rekan-rekannya. Karena baginya, Al-Quran adalah sebuah hobi. Ketika tiba gilirannya untuk membaca, Al-Adnani kecil mengalami lahn (kekeliruan), lalu sang guru mengajinya pun membenarkan bacaannya. Hal tersebut menggoreskan kesan buruk di dalam jiwa sang guru. Dari kesalahan membaca itu, Syaikh Al-Adnani muncullah tekad baja untuk menyempurnakan bacaan dan hafalan Al-Quran.
  2. Pernah, ketika pelajaran tilawah, Syaikh Al-Adnani sampai pada firman Allah: “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir,” (Al-Maa`idah: 44), seketika dirinya tersentak oleh ayat tersebut, lalu berkata kepada salah seorang rekannya, “Apa sumber undang-undang Suriah?” Kemudian sang kawan pun menjawabnya. Syaikh Al-Adnani bertanya kembali, “Seperti apa kekuasaan legislatifnya?” Kawannya pun menjawab lagi. Lalu Syaikh bertanya lagi, “Seperti apa kekuasaan yudikatif dan eksekutifnya?” Setiap kali Syaikh Al-Adnani bertanya, sang kawan pun menjawabnya dengan pengetahuan yang didapat dari sekolah. Syaikh Al-Adnani pun menegaskan, “Wahai Fulan, berarti pemerintahan kita semuanya adalah kafir!” Mendengar pernyataan demikian, kawannya lantas berkata, “Assalamu’alaikum.” Dia pun berpaling meninggalkan Syaikh Al-Adnani. Seperti itulah prinsip yang dimiliki Syaikh Al-Adnani ketika membahas suatu persoalan.
  3. Suatu kali, di usia remaja, Syaikh Al-Adnani dipanggil pihak intelijen rezim Syiah Nushairiyah. Kemudian salah seorang tentara thaghut berkata kepadanya, “Mengapa kamu memanjangkan janggutmu?” Syaikh Al-Adnan menjawab, “Karena saya membaca sejumlah hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menganjurkan hal ini.” Tentar thaghut tadi berseloroh, “Apa hadits-hadits tersebut hanya ditelaah olehmu seorang?!”
Sebagaimana Syaikh Al-Adnani menjelaskan kepadanya tentang persoalan memendekkan celana. Lalu tentara kafir itu berkata kepada Syaikh, “Kenapa kamu menggerakkan jarimu ketika tasyahud?” Memang Syaikh Al-Adnani terkadang menggerakkan jari telunjuknya ketika shalat. Syaikh pun memberikan jawaban berdasarkan riwayat hadits Rasulullah yang dihafalnya. Tentara thaghut itu berkata menyindir, “Masalahnya, di malam hari kalian begini.” Dia mengisyaratkannya tauhid dengan jari telunjuk yang tegak ke atas tanpa bergerak-bergerak. “Dan di siang hari, kalian begini,” ujarnya sambil mengisyaratkan jari telunjuk menunjuk ke arah depan (mendeskripsikan senjata). Syaikh Al-Adnani menandaskan, “Sejak itu tanpa disadarinya, tentara keji itu mengagitasi diriku untuk berjihad.”
  1. Suatu hari di Irak, Syaikh Al-Adnani berangkat bersama tiga orang ikhwan untuk melakukan operasi. Namun rencana mereka terbongkar, sehingga mereka pun diusir oleh para tentara murtad dengan mengendarai mobil. Sampai sekitar 8 kilometer, mereka mengalami kecelakaan disebabkan kecepatan tinggi. Dua orang tentara mencoba untuk menawan mereka. Namun Syaikh Al-Adnani kemudian bersegera lari, dan Abu Bakar Al-Kuwaiti mengikuti di belakang, lalu keduanya bersembunyi di balik batu besar. Mereka berdua terlibat bentrok senjata dengan pasukan murtad dari pukul 9 pagi hingga pukul 12 siang. Selama bentrokan senjata, kedua mujahid itu berhasil mundur melarikan diri sejauh 3 kilometer di padang pasir, sampai akhirnya keduanya berhasil sampai ke sebuah lembah.
Saat itu, pasukan murtad pun menarik diri, setelah pasukan Amerika memberitahu bahwa di lembah tersebut terdapat sekitar sekompi pasukan ‘teroris’. Tak lama kemudian, konvoy pasukan Amerika menyambangi lembah dengan diperkuat sekitar 23 kendaraan tempur –tank dan kendaraan lapis baja lainnya— dan enam jet tempur.

Amerika mulai menggempur dengan meluncurkan dua roket, dan seketika mengakibat tewasnya Abu Bakar Al-Kuwaiti di hadapan mata Syaikh Al-Adnani yang juga menderita luka cukup serius. Syaikh Al-Adnani menenteng senjatanya dan berusaha sekuat tenaga untuk memerangi musuh dengan darah yang tiada henti mengalir dari lukanya. Sampai akhirnya beliau kehabisan amunisi, dan waktu sudah menginjak waktu Ashar. Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 16.45. Sungguh elok segala yang telah dan akan dilakukannya.

Sekelumit Kehidupannya

Allah Ta’ala menganugerahkan Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani berbagai perkara mulia dalam setiap perjalanan intelektual, dakwah, dan jihadnya. Di antaranya:
  1. Menghafal surat Al-Maa`idah secara utuh hanya dalam waktu sehari saja.
  2. Termasuk salah seorang mujahid yang pertama kali berjihad di Haditha bersama sekitar 13 orang mujahid. Sampai akhirnya Haditha berhasil mereka kuasai.
  3. Tatkala Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi Rahimahullahu dipercaya sebagai Amir Haditha, maka Syaikh Al-Adnani menjadi salah seorang penasihatnya. Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi saat itu berkata, “Laki-laki ini akan mempunyai kedudukan penting di kemudian hari!”
  4. Syaikh Al-Adnani termasuk salah seorang mujahid yang paling terakhir meninggalkan kota Fallujah bersama Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir, Abu Al-Ghadiyah, Abu Ar-Rabi’, Abu Ja’far Al-Maqdisi, dan Abu Ashim Al-Urduni.
  5. Selama tugas ribath (jaga perbatasan) –terkadang— Syaikh Al-Adnani berlomba membuat syair dengan Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir Rahimahullahu. Mereka bisa menghabiskan waktu sampai berjam-jam.
  6. Syaikh Al-Adnani begitu dihormati oleh Syaikh Abu Mush’ab Az-Zarqawi. Sampai-sampai Pemimpin Para Syahid itu berkata kepada Syaikh Al-Adnani, “Engkau jangan berkonsultasi kepadaku, tapi berilahu aku informasi.”
  7. Tangan dingin Syaikh Al-Adnani melahirkan sejumlah pencari ilmu yang di kemudian hari memangku jabatan penting di Daulah Islam. Di antaranya adalah Syaikh Manaf Ar-Rawi Rahimahullahu.
  8. Syaikh Al-Adnani adalah orang yang pertama kali menyusun program komprehensif bagi para tahanan, meliputi segenap aspek; syariat, jasmani, dan kemampuan militer. Kemudian program yang diciptakannya ini diikuti oleh para pemuda di segenap bidang.

Prolog
Inilah beberapa informasi terkait biografi Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani Asy-Syami Hafizhahullahu yang dijuluki sebagai ‘Manjanik’ Daulah Islam. Kami menuliskannya bukan berdasarkan rumor atau kabar burung, melainkan langsung dari sumber terpercaya berdasarkan informasi valid.

Sebagaimana difirmankan Allah: “Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib,” (Yusuf: 81)

Kami memohon kepada Allah Ta’ala agar memanjangkan umur Syaikh Al-Adnani; menjadikan baik seluruh amalannya, membuat benar setiap perkataannya, dan meneguhkannya di atas kebenaran sampai beliau bertemu Allah dalam keadaan ridha.

Akhir seruan kami, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam bagi nabi dan rasul mulia.

Penulis
Syaikh Abu Sufyan Turki bin Mubarak Al-Bin’ali
27 Rajab 1435 H/26 Mei 2014 M
[singa/shoutussalam]

Ulasan