Sekolah Niaga: Peradaban digital

sekolah niaga

SEPANJANG minggu ini saya berada di Jakarta. Anak anak muda dalam tim bisnes kami sedang mengatur gerak langkah. Pemasaran secara digital berjalan lancar.
Gerak tindak lanjut dalam pengiklanan di FB, Google Adwords dan Youtub Marketing berjalan sebagai sepatutnya dan ia nampaknya mengena pada sasaran.

Dapatkan data. Data adalah perkara mahal dan berharga. Dengan data yang ada kita boleh guna pelbagai pendekatan untuk pengaruhi mereka (baka pelanggan) untuk akhirnya membeli apa yang kita mahu jual. Data dan informasi menjadi basis penting dalam perekonomian dan ia adalah senjata strategis dalam persaingan.Kesimpulan utama yang saya fahami minggu ini adalah perusahaan harus berubah dari “product based” kepada “platform based”. Jadi kata kuncinya apa ? Platform FB. Platform Instagram. Platform Twitter. Platform What’sapp. Platform Youtube. Baea semua ini ke Website.
Ia perkara baru bagi generasi lama seperti saya. Perubahan dari peradaban revolusi industri, era saya belajar untuk jadi pintar bistari, kepada peradaban baru digital. Peradaban milik mereka yang berakal yang tidak mahu berterusan jadi orang dangkal.

SENTIASA PEGANG KENDALI

Garisbawahi, perubahan kehidupan sedang berlaku dengan cepat. “Lebih baik kita pegang kendali dari dikuasai”. Ubah cara pandang dengan berlapang dada dan lebarkan pandangan untuk hari muka.
Usah salahkan keadaan. Jangan hanya kerana satu dua kerikil kecil, kita harus kembali mundur kembali ke belakang. Pengaruh perubahan peradaban ini sangat penting. Ia rentas bisnes, ekonomi dan politik. Ia adalah gaya hidup masa depan.
Fakta nyata ketika platform berubah, kehidupan dan bisnis pun berpindah. Sekali lagi, tatakala kami tekun meneliti, Indonesia berdasarkan lapuran dari syarikat perunding terkemuka dunia, McKinsey -”Indonesia masih dipandang sebagai pemula atau baru berada pada tahap kelahiran digitalisasi”
Lihat pula perkembangan ini. Pada tahun 2014 pengguna internet di Indonesia adalah 55 juta. 3 tahun kemudian, pada tahun 2017 , pengguna internet di Indonesia telah capai 143 juta pengguna. Dalam tempoh tiga tahun, mereka berkembang hampir tiga kali ganda. Angka tidak berbohong.
Apakah peluangnya? Sehingga kini internet hanya baru dipakai sebagai alat komunikasi mobile di Indonesia. Belum sampai peringkat menggila dimanfaatkan untuk peningkatan produktiviti.
Kesan internet untuk pertumbuhan ekonomi belum dirasakan. Apakah maksud penggunaan internet yang lebih produktif itu? Ia harus tampak dalam IOT, pemakaian Cloud Technology dan Big Data Analytics. Semakin besar perusahaan yang mahu kita bina , semakin perlu akan tiga perkara di atas.

EMPAT ELEMEN REVOLUSI DIGITAL

Dunia telah berubah. Kita akan terus lemah ketika kita masih saling salah menyalahkan. Hasil penelitian McKinsey (2015) sejauh ini Amerika Syarikat, Hong Kong berada di atas dalam hasil perbaikan digitalisasi dalam meningkatkan produktiviti tenaga kerja.
Sementara negara-negara seperti India, Filifina, Thailand dan Indonesia masih tertinggal di belakang Malaysia atau Rusia dan sangat tertinggal di belakang berbanding Jepun, Korea atau Jerman.
Penggunaan internet untuk ekonomi produktif bukan hanya untuk menghibur. Main “game, FB dan Insta atau untuk WA” sebagaimana yang dibuat oleh ramai orang sekarang. muat naik dan muat turun foto. Atau untuk membaca berita isu isu terkini. Setakat itu saja dan sejauh ini saja.
Banyak orang masih dalam kejutan teknologi. Guna pakai teknologi sekadar untuk menunjukkan apa yang mereka lakukan di masa lalu dan masa kini, bukan apa yang bisa mereka lakukan di masa depan.
Ada empat elemen Revolusi Digital. Pertama, Internet selular (mobile internet). Alat yang panggilan Indonesia, di sebut telefon bimbit telah jadi pintu utama untuk berkomunikasi dengan guna internet.
Kedua, apa yang disebut Cloud Computing. Pelaburan (investasi) di server. Ini akan menjadi tingkatkan akses data jarak jauh.
Ketiga, Internet of Things (IoT). Belanja untuk tingkatkan sensor dan aktivator. Ini untuk membantu operasi teknologi jarak jauh dan untuk melakukan “mesin pintar -manusia cerdas”.
Keempat, Big Data dan Analytics. Alat, kapasiti, kemampuan manusia untuk internet bagi memprediksi dan operasin kerja. Adanya empat perkara ini akan bolehkan satu perusahaan memecut laju ke depan.

GERAK TINDAK LANJUT

Ada 143 juta pengguna internet. Mereka ramai. Tapi dalam dunia bisnis online Indonesia baru bermula.
Pengiklanan FB di sini, kurang saingan. Belum sampai penuh. Berdasarkan pengalaman, apabila dapat data tepat kawasan mana yang padat dengan pendapatan isi rumah yang tinggi, kita boleh “drop pin” - dan hasilnya luar biasa. Sambutan mereka lebih atas dari lumayan.
Dalam tempoh 3 tahun ke depan, kehidupan dunia akan berubah dari apa yang perlu dipelajari  “what to learn” kepada bagaimana untuk mempelajarinya “how to learn”.
Kehidupan dan bisnes warga Indonesia akan berpindah secara masif ke dalam platform.
Dampak perpindahan kehidupan dari dunia lama ke platform tidak hanya terbatas pada aspek sektor. Ia menjangkau pada cara metode usaha , dari “owning economy” kepada “sharing economy”.  Tiada lagi bangga pada pemilikan sendiri . Ia lebih pada perkongsian dan kolaborasi.
Dari produk dasar kepada platform dasar. Dari pendekatan tunggal kepada “ambidextrous” dan meluas menjadi multi industri. Banyak pekerjaan yang kita kenal dalam abad lalu, telah digantikan oleh pekerjaan baru yang berasaskan teknologi.
Ini bukan bermakna pekerjaan lama telah tiada secara keseluruhannya. Ia tetap diperlukan, asalkan pelakunya boleh memperkasakan diri dengan aplikasi teknologi baru. Pada masa kini, pendidikan banyak dipengaruhi oleh algoritma dan kecerdasan artifisial.
Pengajaran, teknologi dan kualiti banyak mempengaruhi “manusia yang laku jual” di tempat kerja pada masa depan. Dunia kerja akan datang bukan lagi tempat untuk mereka yang bermentaliti penumpang. Apa yang diperlukan adalah penggemblengan mental secara berterusan. Semua otak otak terbaik apabila dapat melupakan “ego besar” dan duduk bersama membentuk tim genius akan dapat membina masa depan gemilang yang diimpikan.

EKOSISTEM DIGITAL

Rumusannya dalam mendepani dunia peradaban digital ini, kita wajar berlapang dada, berpandangan terbuka serta beradaptasi tanpa ada halangan minda. Ia sulit bagi mereka yang mendabik dada, “hanya aku yang pandai dan terrer”. Ia payah bagi mereka yang terbelenggu dengan kebesaran masa lalu.
Ia mudah bagi mereka yang sedia membangunkan ekosistem baru. Ekosistem Digital. Habitat alami komunitas berisi ilmu dan tahu diri. Keberhasilan dalam hidup tidak pernah bersifat final atau kekal. Ia tidak terhenti pada pangkal. Ia adalah kembara sepanjang masa, meniti usia dan yakin pada doa. Satu masa kita akan berada dipuncak jua.

***Roslan Ab Hamid menulis catatan minggu ini dari Kantor Perusahaan, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Beliau boleh dihubungi di FB : Roslan Ab Hamid

Sinar Harian Online

Ulasan