Oleh: @louis_199
Mereka kembali tersandung kekeliruan ketika mengqiyaskan keadaan ketika seorang khalifah meninggal dan suksesi setelahnya dengan keadaan penegakkan kembali kekhalifahan yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah kaum muslimin. Dengan demikian batallah seluruh istidlal yang mereka keluarkan dari kitab-kitab fiqh untuk menguatkan sikap mereka, karena kaum muslimin belum pernah mengenal tahapan penegakkan kembali kekhalifahan, sedangkan syuro sama sekali tidak diperbolehkan atas kekhalifahan itu sendiri (maksudnya kita tidak boleh bermusyawarah untuk menegakkan kembali kekhalifahan karena itu adalah sebuah kewajiban dan sebuah kewajiban harus segera ditegakkan tanpa perlu meminta pendapat seorangpun sebagaimana shalat dan shaum -ed).
Tujuh tahun yang lalu, Hamid Al ‘Ali memfatwakan tidak wajibnya berbay’at kepada Daulah Islam Irak. Dia menganggap bahwa bersatunya jama’ah di bawah satu bendera sama saja telah memecah belah kaum muslimin dan menyia-nyiakan jihad. Lebih baik mereka berusaha meletakkan dasar-dasar kebangkitan yang disetujui semua pihak daripada berpikir untuk mendirikan sebuah daulah. Ketika itu Al Qaeda dengan seluruh komponennya menentang keras fatwa tersebut. Setelah berlalu tujuh tahun dan khilafah kembali tegak, ternyata fatwa tersebut juga dihidupkan kembali, namun kali ini dengan dukungan Neo Al Qaeda dengan seluruh komponennya yang mengadopsi fatwa tersebut secara harfiah.
Kita tinggalkan Al Qaeda baru itu yang semakin lama meyakinkan kita bahwa selama ini ia tidak berubah sama sekali, kita yang menyangkanya telah berubah. Setelah tegaknya khilafah kita mengharapkan semua jama’ah dan faksi-faksi di berbagai penjuru dunia islam itu bergabung di bawah bendera khilafah dan segera beraksi untuk meluaskan pengaruhnya dan membebaskan kaum muslimin. Karena setelah sekian lama akhirnya para mujahidin mampu membebaskan beberapa kota di jantung dunia islam dan menegakkan khilafah yang telah menjadi impian seluruh kelompok islam dengan berbagai orientasinya. Namun yang terjadi justru sebalikanya. Bukannya segera mendukung, berhijrah dan berbaiat kepadanya justru mayoritas kelompok-kelompok islam menentang dan memeranginya sekuat tenaga.
Bandingkan, antara Daulah Khilafah dengan kesempatan emas -dengan karunia Allah- yang tersajikan di depan kaum muslimin untuk bersatu di bawah satu panji-panji dan sikap mayoritas kelompok islam terhadapnya. Bandingkan hal itu dengan berdirinya negara Yahudi yang mendapat dukungan seluruh Yahudi sekalipun menyalahi teks-teks Taurat yang mengharuskan mereka menunggu Al Masih karena dialah yang akan mendirikan sebuah negara untuk mereka. Bandingkan lagi kondisi ahlus sunnah dengan kondisi Rafidhah bagamana mereka bersatu mendukung daulah mereka di Iran sekalipun telah berdiri sebelum keluarnya Al Mahdi mereka. Bahkan dengan segala pengaruh yang dinikmati Hizbussyaithan di Lebanon mereka rela korbankan nama baiknya yang palsu itu dan anggotanya untuk bahu membahu dengan Basyar demi proyek daulah mereka (yaitu proyek bulan sabit Syi’ah yang memanjang dari Iran hingga Suriah -ed). Engkau akan dapati betapa ahlus sunnah dilanda kebingungan yang akut.
Bayangkan jika seandainya grand master Syi’ah tiba-tiba memutuskan untuk menghormati batas-batas negara dan memerintahkan Hasan Nasrullat untuk segera kembali ke Lebanon. Apakah Syi’ah akan segera melengserkannya karena betapa bahayanya keputusan itu atas proyek mereka ataukah mereka akan mensifatinya dengan keputusan yang bijaksana? Bahkan jika sang grand master itu betul-betul melakukan hal itu kita akan merayakan ajal Iran dan hancurnya proyek mereka di negeri-negeri islam.
Adapun kelompok-kelompok ahlus sunnah malah berkreasi dengan segala cara untuk menghancurkan dan mengkriminalkan Daulah Khilafah. Lalu dengan profesionalisme tinggi mereka mengajukan alternatif yang menakjubkan! Jamiyah mengajukan thaghut sebagai waliyyul amr yang wajib didukung proyek penghancuran islamnya! Salafi mengajukan kondisi Bani Israil sebelum diwajibkan perang atas mereka. Mereka katakan bahwa sabar atas kedzaliman dan terus menuntut ilmu adalah manhaj para nabi dalam menyuarakan perubahan! Lain lagi Ikhwanul Muslimin yang mengajukan mursyid mereka sebagai pengganti khalifah dan “perang” pemilu sebagai pengganti jihad! Adapun Al Qaeda, segera setelah tegaknya khilafah mereka mengajukan Mullah Umar sebagai khalifah kaum muslimin. Sehingga jelas bagi kita bahwa beliau adalah pemimpin rahasia Al Qaeda, sedangkan Adz Dzawahiri hanyalah seorang amir perantara yang mengambil baiat dan memberikannya kepadanya!
Tidak cukup dengan itu, Al Qaeda bahkan berusaha memerangi Daulah Khilafah. Dimulai dengan seruan untuk mengucilkannya -disaat yang sama Rafidhah juga berusaha mengucilkannya di Irak-, berlanjut dengan celaan dan mencemarkan nama baik setiap kelompok yang bersimpati kepadanya -celaan dan pencemaran nama baik itu begitu hebat terjadi di cabangnya di Yaman dan Somalia sampai mereka memperbarui baiatnya kepada Adz Dzawahiri-, dan berakhir dengan seruang perang secara terang-terangan dan menghalalkan darah setiap orang yang bersimpati kepadanya.
Segara saja Al Qaeda berubah menjadi hamparan nyaman bagi setiap musuh jihad dan institusi intelijen mereka. Setelah sebelumnya mereka bersembunyi di balik fatwa-fatwa Bin Baz dan Al Albani sekarang mereka menusuk jihad bersenjatakan Adz Dzawahiri dan Al Qaedanya yang baru. Alternatif khilafah model Al Qaeda menjadi landasan utama intelijen dan ulama thaghut. Bahkan mereka dukung Al Qaeda dalam kampanyenya itu, sampai menjadi sesuatu yang amat lumrah ketika ‘Ar’ur menyeru mujahidin untuk meninggalkan Daulah Khilafah dan berbay’at kepada Al Qaeda dalam fatwanya yang terkenal itu dan menyerahkan jutaan dollar kepada cabangnya di Syam sebagai dukungan kampanyenya melawan Daulah Khilafah. Dengan demikian Al Qaeda sukses melampaui tahapan “pujian orang-orang hina” menuju tahapan dimana ia berperan sebagai alat permainan thaghut.
Hakekatnya Al Qaeda dengan segala komponennya tidak hanya bermain mata dengan thaghut. Mereka bersedia bekerja sama dengan pemerintahan thaghut baru demi penegakan syariat. Mereka berdiri dengan Ikhwanul Muslimin dan mendoakan Mursi untuk tetap teguh pada posisinya serta mengingatkannya untuk mencontoh Imam Ahmad setelah proyek silmiyah mereka hancur berantakan. Namun justru mereka tidak bersedia bekerja sama dengan Daulah Khilafah yang telah terbukti menegakkan syariat. Bahkan mereka jadikan tujuan satu-satunya adalah memfitnah Daulah, sehingga merekalah yang menyerupai Khawarij dikarenakan orang-orang kafir, para thaghut, Rafidhah dan ahlu bid’ah selamat dari mereka namun tidak bagi Daulah Khilafah, satu-satunya Daulah yang membumikan syariat Allah secara nyata. Silahkan buka kembali tulisan para pemikir dan pembesarnya, engkau akan dapati mereka memusatkan perhatiannya untuk memfitnah dan mencemarkan nama baik Khilafah setelah mereka pancangkan diri mereka sebagai “nabinya jihad” yang mana jihad tidak mungkin berjalan kecuali dengan pandangannya seorang. Semua itu mengatakan bahwa “Bagaimana ia bisa memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya”
Hari ini Al Qaeda mengklaim bahwa ia beramal untuk menegakkan khilafah, namun kenyataan membuktikan tidak ada strategi untuk memuluskan slogan itu. Ketika engkau dapati Adz Dzawahiri membicarakan kebebasan setiap negara untuk menentukan metode perubahan yang cocok maka hal itu adalah bukti terbesar bahwa Neo Al Qaeda tidak memiliki sesuatu yang bisa disodorkan kepada ummat. Maka sesuatu yang normal jika ia tidak mendapati pada dirinya suatu prinsip yang bisa dibela sehingga amat mudah tersusupi oleh antek thaghut. Sehingga tiba-tiba kelompok Sururi menjadi simbol cabangnya di Syam, dan kita mendapati Al Jaulani berbicara di AL Jazeera tentang pemerintahan yang lurus karena malu dengan kalimat khilafah yang menakutkan bagi thaghut. Lebih jauh lagi, dia juga berbicara tentang proyek dakwah jika rakyat tidak menerima tahkim syariat. Ini semua hanyalah mengulang kembali seluruh percobaan-percobaan kelompok islam yang gagal namun dengan sentuhan Al Qaeda.
Lihatlah bagaimana Al Qaeda menyia-nyiakan kesempatan emas yang terbuka di Azawad. Ia keluarkan dokumen pedoman untuk menyatukan dan membimbing mujahidin. Setelah muqaddimah yang bertele-tele tentang matangnya pengalaman jihad, selalu berhubungan dengan pemimpin-pemimpin Al Qaeda, dan pentingnya mendekat kepada umat sehingga tidak terjadi perpecahan ketika syariat ditegakkan, datang nasihat mereka kepada mujahidin untuk mengajukan gerakan sekuler sebagai pemimpin! Pengalaman jihad mereka membuktikan bahwa proyek penegakkan syariat akan gagal, dikucilkan dan diperangi oleh Barat, sehingga mujahidin tidak perlu berada di depan sendirian agar tidak disalahkan ketika proyek tersebut gagal! Jikalau dokumen tersebut ditulis oleh intelijen tentu tidak akan seperti itu bentuknya, betul-betul yakin dengan kemampuan Barat dan bahkan menganggap keyakinan akan suksesnya proyek merupakan kekalahan dan sebaliknya kegagalan adalah sebuah kebijaksanaan.
Hakekatnya Al Qaeda telah mengalami banyak kemunduran. Bersihnya manhaj yang dahulu diangkatnya sehingga dimusuhi seluruh penduduk bumi telah ditinggalkannya setelah lebih mengutamakan dukungan daripada bersihnya panji-panji. Ketika kita melihat pada hari ini musuh Al Qaeda berubah menjadi teman bahkan simbolnya dan bahwa musuh Daulah adalah juga orang yang sama, maka kita bisa mengetahui dengan jelas tanpa ada kesamaran lagi siapa yang telah berubah sehingga Allah palingkan hati para muwahid dari mereka.
Namun Al Qaeda yang terus berkeras bahwa tidak ada suatu perubahan pun dan bahwa akal-akal kita telah menipu kita, ternyata ia jugalah yang berjuang dengan sengit demi memalingkan manusia dari khilafah dan ia jugalah yang menyodorkan Mullah Umar sebagai khalifah hipotesis dan sementara. Uniknya tidak ada seorangpun dari amir cabang-cabang Al Qaeda yang mengetahui apakah baiatnya kepada Mullah Umar diterima atau tidak. An Nadzari sendiri yang mengedepankan baiat Imarah Afghanistan atas baiat kepada Daulah ia sendiri tidak mengetahui apakah baiatnya diterima atau tidak. Bahkan ia tidak mengetahui sama sekali jenis baiatnya. Status Adz Dzawahiri pun tidak jelas, apakah ia seorang amir, atau setengah amir, atau sekedar amir perantara antara amir cabang dan amir Imarah, atau apa? Cabang-cabang Al Qaeda tidak berbaiat kepada Mullah Umar secara jelas, dan Mullah Umar sendiri tidak menyatakan menerima baiat mereka. Bahkan Mullah Umar telah mengumumkan secara berulang-ulang penghormatannya kepada batas-batas negara, sehingga menjadikannya seakan-akan memanfaatkan baiat Adz Dzawahiri sebagai kartu penekan Amerika untuk mengakui Imarahnya dalam batas Afghanistan, jika tidak demikian maka salah satu dari keduanya pasti berdusta!
Maka kesimpulannya tidak Al Qaeda dan tidak pula lainnya memiliki alternatif hakiki dari khilafah atau bahkan proyek yang nyata untuk menegakkan khilafah. Namun menara khilafah telah berdiri -dengan izin Allah-. Tidak ada uzur sedikitpun atas kelompok-kelompok islam lain untuk menunda-nunda baiat dan berkumpul di bawahnya. Hari ini proyek islam politik telah jatuh, sebelumnya sihir salafi thaghut juga telah gagal, sedangkan Al Qaeda memilih untuk meninggalkan benderanya yang murni setelah tertipu dengan imajinasi dukungan ummat. Tinggallah panji-panji khilafah sebagai satu-satunya panji-panji yang murni dan proyek khilafah sebagai satu-satunya proyek hakiki yang menegakkan syariat. Maka berbaiat kepada Daulah adalah kemuliaan dunia dan akhirat.
Adapun kalian wahai anggota faksi-faksi dan tandzim-tandzim itu, ketahuilah bahwa setelah tegaknya khilafah keabsahan jama’ah kalian telah batal. Tidak boleh seorangpun yang beriman kepada Allah bermalam tanpa meyakini wala kepada Khalifah. Jikalau pemimpin kalian membisiki bahwa itu bukanlah khilafah, ketahuilah bahwa mereka juga telah membisikimu sekian lama bahwa ia bukanlah daulah, ia hanyalah imajinasi kartun, sampai datang keyakinan kepadamu bahwa ia adalah sebuah Daulah dan niscaya akan datang kepadamu beritanya walaupun setelah beberapa saat. Ketahuilah, tidak ada yang menangguhkan kemenangan kecuali tandzim-tandzim tersebut, karena telah menyebabkan perpecahan sehingga menihilkan kekuatan, sedangkan islam sama sekali tidak menganggap sedikitpun bergolongan.
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. (QS Al An’am 159)
Mari wahai kaum muslimin, berkumpullah di sekeliling khalifah kalian agar kalian kembali seperti dahulu sebagai penguasa dunia dan pahlawan perang. Kemarilah agar kalian bisa hidup sebagai orang-orang mulia dan terhormat. Ketahuilah bahwa kita sedang membela Din yang Allah telah janjikan pertolongan-Nya dan ummat yang Allah jadikan baginya kebanggaan, kebesaran, kedaulatan dan dijanjikan dengan kekuasaan dan tamkin. Kemarilah wahai kaum muslimin menuju kemuliaan dan kemenangan kalian. Demi Allah, jika kalian kafir kepada demokrasi, sekulerisme, nasionalisme dan berbagai sampah pemikiran Barat dan kembali kepada aqidah kalian, maka demi Allah kalian akan menguasai dunia, Barat dan Timur akan tunduk kepada kalian, ini adalah janji Allah wahai kaum muslimin.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. (QS An Nuur 55)
Sabtu, 4 Rabi’uth Thani 1436 H/24 Januari 2015
Ditulis olehLouis @louis_119
Selesai diterjemahkan pada 8 Rabi’uth Thani 1436 H
Jangan lupakan kami dalam doa antum sekalian, semoga kita dimudahkan berhijrah menuju bumi khilafah
Ulasan
Catat Ulasan
Ulaslah Yang Terbaik..