[Bangkitnya Khilafah] Abu Mus’ab al-Zarqawi : Penebar Benih Khilafah

[Bangkitnya Khilafah] Abu Mus’ab al-Zarqawi : Penebar Benih Khilafah
  
Shoutussalam – Dengan mengucap syukur kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya, Shoutussalam Islamic Media akan menerjemahkan sebuah buku The Revived Caliphate” yang berisi tentang sejarah Khilafah Islamiyyah sejak awal mula ditancapkan pondasinya di zaman Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqawi hingga sekarang telah diumumkannya kebangkitan Khilafah Islamiyyah yang telah dinantikan umat Muslim.
 
Dalam menerjemahkan buku ini kami akan membagi setiap bab untuk diangkat menjadi satu artikel sehingga setelah semua bab selesai diterjemahkan maka akan kami rilis dalam bentuk buku berisi semua bab. Semoga buku ini bisa membuat kaum Muslimin mengerti sejarah Khilafahnya, tokoh-tokohnya serta tujuannya ke depan
 
Semoga Allah meridhoi usaha kami dan menjadikan sebagai pemberat timbangan amal kami di akhirat.
Tim Shoutussalam Islamic Media

Permulaan: Abu Mus’ab al-Zarqawi (1966-2006)
lelaki yang menebar benih Khilafah.
Abu_Musab_al-Zarqawi_(1966-2006)
 
Abu Mus’ab al-Zarqawi [secara bahasa: Bapak yang Keras / Kuat] dilahirkan pada 1966 (syahid: 2006). Nama aslinya adalah Ahmad Fadhil al-Khalayleh tetapi juga dikenal sebagai al-Zarqawi karena dia dibesarkan di al-Zarqa, sebuah kota di dekat ibukota Jordania, Amman.
Dia dibesarkan di keluarga kurang mampu dan berasal dari suku Badui, yang menjelaskan mengapa dia memiliki karakter yang keras dan kuat (sebagaimana yang akan kita lihat). Dia sangat dicintai oleh ayahnya, tetapi pada usia 15 tahun, ayahnya meninggal dunia (tahun 1984). Hal ini membuat Abu Mus’ab sangat depresi dan membuatnya turun ke jalan-jalan dan masuk ke geng-geng lokal untuk berbuat kriminal. Pada saat itulah dia ditangkap oleh polisi dan dipenjara, dan saat itulah dia mulai belajar tentang Islam dengan benar. Pada 1988, dia dibebaskan dari penjara dan mulai mendatangi masjid Salafi Jihadi.

Abu Mus’ab – Jihadi

Hal ini terjadi ketika berita Jihad Afghanistan melawan Soviet Russia mencapai puncaknya di dunia Arab (berkat kesuksesan Abdullah Azzam, Usamah bin Laden, dan pendukung mereka di Afghanistan [baca kisah mereka di ebook: Bendara Hitam dari Timur]). Abu Mus’ab, setelah mempelajari berita tentang Jihad, pergi ke Afghanistan untuk menolong Muslim yang tertindas di sana. Salah seorang mujahid di Afghanistan berkata mengenai Abu Mus’ab – ‘Dia adalah lelaki pendiam yang tidak berbicara banyak, tetapi dia seorang pemberani. Zarqawi tidak mengetahui arti dari rasa takut.’

Terluka beberapa kali, al-Zarqawi tampak “menempatkan dirinya di tengah-tengah situasi paling berbahaya.” Setelah kesuksesan mujahidin Afghanistan mengusi Russia, Abu Mus’ab kembali ke Jordania. Di sana dia akan berusaha menghentikan keburukan di masyarakat dengan tangannya, sebagai contoh dia hendak menghancurkan sebuah bioskop yang menayangkan film berating dewasa. Dalam kasus lain, polisi menangkapnya karena membawa 7 geranat tangan, sehingga dia dipenjara sekali lagi.

‘Amir di Penjara’

Di penjara, al-Zarqawi menjadi seorang Amir (komandan) dan seorang pemimpin religius para tahanan di sana (banyak di antaranya juga merupakan mujahidin Afghan). Di sini dia menghabiskan waktunya untuk menghafal Al Qur’an dan menjelaskan kepada pengikutnya apa yang harus dilakukan. “Dia memutuskan siapa yang akan memasak, siapa yang akan mencuci, siapa yang akan memimpin bacaan Al Qur’an,” kata jurnalis Abdullah Abu Rumman, seorang jurnalis yang menghabiskan waktu dengan Zarqawi. “Dia sangat protektif kepada pengikutnya dan sangat keras terhadap tahanan di luar kelompoknya.”

Tahun 1999, Raja Jordania Abdullah II menyatakan sebuah amnesti, dan al-Zarqawi dibebaskan, tetapi sesaat setelahnya pemerintah Jornadian mulai mencurigainya memiliki keterlibatan dalam rencana pengeboman hoten Kristen dan Israel di Jordania. Rencana tersebut digagalkan dan al-Zarqawi keluar negeri menuju Pakistan (berbatasan dengan Afghanistan), berharap untuk pergi ke sana dan bergabung dengan Jihad baru tahun 90an di Chechnya. Tetapi dia malah dipenjara di Pakistan karena memiliki visa yang telah habis masa berlakunya. Dipaksa untuk keluar dari negara tersebut, dia memasuki Afghanistan. Berbekal sebuah surat pengantar dari seorang ulama Jornadia, dia dibawa ke kota Kandahar (ibukota Taliban di Afghanistan) di mana dia akan membuat kamp pelatihan dan kelompok bersenjatanya sendiri.

Abu Mus’ab di Afghanistan

Afghanistan adalah satu-satunya negeri di dunia di mana Mujahidin dari berbagai penjuru dunia dapat berlatih dalam pelatihan paramiliter, belajar menggunakan senjata, peledak, cara penyamaran dan peperangan gerilya. Taliban memberi orang-orang Arab kekuasaan gratis untuk membuat kamp pelatihan mereka sendiri dan sebagai ‘jasa imbalan’ atas bantuan mereka dalam jihad melawan Russia.

Usamah bin Laden memberi Abu Mus’ab $40.000 untuk membuat kamp pelatihannya sendiri di gurun Herat (sebuah provinsi di Afghanistan Barat). Sekali lagi al-Zarqawi muncul menjadi seorang pemimpin alami; kelompok pengikutnya berkembang dari 20 sampai sekitar 3000 laki-laki antara awal 2000 dan invasi Amerika ke Afghanistan pada akhir 2001 (hanya dalam waktu 1 tahun!)
Dengan tumbuhnya pengaruh al-Zarqawi, uang dan persenjataan mengalir kepadanya. Dia dipanggil ke pusat komando Usamah bin Laden di Kandahar sebanyak lima kali untuk berbai’at al-Qaida, tetapi dia selalu menolak. “Dia tidak pernah mengikuti perintah dari selainnya,” kata seorang mantan pejuang di kamp Herat. “Aku tidak pernah mendengarnya memuji orang lain selain Nabi [Muhammad] –shallallahu ‘alaihi wassalam, ini adalah karakter Abu Mus’ab. Dia tidak pernah mengikuti siapapun.”

Pelarian setelah 9/11

11 September 2001 (9/11) mengguncang sejarah dunia, Afghanistan akan diinvasi sekali lagi dan Taliban akan kehilangan kekuasaan yang baru saja mereka perolah di seluruh negara. (lihat ebook: Black Flags from the East for more info.)

Bom masif ‘daisy-cutter’ dengan berat 1,5 ton dijatuhkan kepada penduduk Afghanistan. Mereka tidak membedakan antara pejuang Taliban bersenjara dengan penduduk sipil. Jutaan orang terbunuh. Banyak mujahidin Arab bersama Usamah bin Laden, juga Abu Mus’ab dan kelompoknya akan melawan invasi, tetapi siapa yang bisa mereka lawan? Ini hanyalah bombamdir udara Amerika dengan skala besar dari langit. Tidak ada perang gerilya, tidak ada musuh untuk ditembak, ini hanyalah pembantaian yang jatuh dari langit di mana-mana. al-Zarqawi dan kelompoknya bergabung dengan orang-orang Arab-Afghan untuk melawan invasi. Tetapi karena bombardir udara yang masif, al-Zarqawi cedera di bagian dada ketika sebuah bangunan yang dibom oleh pesawat Amerika jatuh di atasnya. Banyak mujahidin Arab dan Afghanistan memutuskan untuk melarikan diri ke gunung-gunung dan gua-gua di Afghanistan untuk berlindung. Ini adalah benteng perlindungan alami melawan bombamdir udara. Di sini Taliban akan bersatu kembali, sementara banyak mujahidin Arab melarikan diri ke negara-negara lain untuk membentuk kelompok bersenjata sendiri di daerah gurun di negara asal mereka. (Dengan inilah jama’ah-jama’ah seperti Al-Qaidah Arabian Peninsula [AQAP], Al-Qaidah Islamic Maghrib (AQIM), Al-Qaidah Iraq (AQI), TTP [Tehreek e Taliban Pakistan] dan banyak jama’ah lainnya lahir di pertengahan tahun 2000an).

Abu Mus’ab di Iraq

zarqawi desert
al-Zarqawi di gurun Iraq

Pada bulan Desember 2001, Abu Mus’ab dan sekelompok 300 pengikutnya menyusup keluar Afghanistan melalui Iran (berbatasan dengan Afghanistan Barat). al-Zarqawi berpindah antara Iran, Syria, Lebanon, Jordania, wilayah otonom Kurdistan di utara Iraq, dan “segitiga Sunni” di sebelah selatan Iraq, mengumpulkan pejuang dan uang. Tujuannya bermacam-macam. Kadang-kadang, tujuan utamanya adalah untuk membentuk kekuatan Islam yang nantinya akan menggulingkan pemerintahan Jordanian (yang melindungi perbatasan Israel). Dia bekerja sama dengan kelompok Sunni Iraq yang bernama Anshar al-Islam (Penolong Islam) untuk memperluas kerjasamanya dengan Sunni di Iraq. Pada masa itulah Amerika mengancam untuk menyerang Iraq dengan alasan ‘Senjata Pemusnah Massal’ yang diduga dimiliki Saddam Hussein. Faktanya, Amerika secara serakah ingin menginvasi Iraq karena persediaan minyaknya yang berlimpah. Ketika Amerika bersiap-siap menginvasi Iraq setelah Afghanistan, kelompok Abu Mus’ab meningkat jumlahnya di daerah gurun dan jalan-jalan. Kota Fallujah adalah markas kekuatan Abu Mus’ab selama invasi Amerika di Iraq pada tahun 2003.

"Segitiga Sunni" di mana sebagaian besar kekerasan terjadi selama invasi Amerika
“Segitiga Sunni” di mana sebagaian besar kekerasan terjadi selama invasi Amerika

[anshar/ss]

Ulasan