Abu Yusuf untuk Al-Mustaqbal Channel
Kebangkitan Kekhilafahan di wilayah Syam
hampir memasuki satu tahun, dan bahkan jika dilihat dari masa masuknya
tentara Daulah ke Syria dengan nama Jabhah Nusrah, maka bisa dikatakan
sudah dua tahun lebih para singa-singa Daulah menancapkan kuku-kuku nya
di Syam. Tentu kita masih ingat ketika Jabhah Nusrah resmi dibubarkan
oleh Daulah pada awal tahun 2013, menyebabkan berbondong-bondongnya
mujahidin dari Jabhah Nusrah dan faksi-faksi lain bergabung dengan
Daulah, bahkan hingga malam tadi (8 Februari 2015) masih ada faksi
jihad yang kembali menyatukan diri dengan Daulah. Maka sungguh kemuliaan
itu ada pada mujahidin, namun orang-orang munafik tidak mengetahuinya.
Hadirnya kekhilafahan bukanlah hal yang
sudah direncanakan sebelumnya, bahkan mujahidin Daulah awalnya berfikir
hal itu masih jauh untuk diterapkan, namun Allah berkehendak lain.
Faktor-faktor sebab dan syarat-syarat mendirikan Kekhilafahan tiba-tiba
saja terpenuhi oleh Daulah, maka kewajiban mendirikan Khilafah itu tak
dapat ditunda lagi maka berdirilah Kekhilafahan di Syam.
Kehadiran khilafah menjadi sinar yang
terang, bahkan cahayanya menembus ke dada-dada para pemuda Islam, setiap
hari ratusan kaum muslimin dari berbagai dunia melintasi gurun pasir
demi bergabung dengan Khilafahnya. Derap langkahnya begitu keras
mengguncang singasana thagut, hingga raja Saudi (Salman bin Abdul Aziz)
pun gelisah, mengirimkan putranya untuk membakar kaum muslimin tersebut,
menjatuhkan bom-bom di heningnya malam, demi satu tujuan… hancurnya
khilafah!
Lalu khilafah apakah ini? bagaimana ia
muncul? dimana Imam Mahdi yang dijanjikan? dan kenapa penguasa dua kota
suci pun menyerangnya? dan berbagai pertanyaan yang menyelimutinya,
tidak mungkin bisa dijawab, jika kita tidak mengetahuinya sejarahnya
dari awal. Maka salah satunya adalah dengan mencari referensi-referensi
berita di internet, namun jika kesulitan berikut rangkuman artikel
Al-Mustaqbal.Net yang mencatat perjalanan berdirinya Khilafah.
Silahkan klik tulisan yang berwarna merah untuk melihat informasinya lebih lanjut.
12 Desember 2012 – MISTERI JABHAH NUSRAH & TERPISAHNYA FSA
Pada tanggal 12 Desember 2012 (dua tahun
sebelum Kekhilafahan dideklarasikan), Al-Mustaqbal sudah menurunkan
sebuah artikel berjudul “Jihad Suriah, Jabhah Nusrah, Selangkah Menuju Khilafah”,
dalam artikel tersebut, dikupas mengenai kehadiran fenomena mujahidin
bernama Jabhah Nusrah yang cukup sulit dicari asal-usulnya, meskipun
sepanjang tahun 2012 banyak yang mengira Jabhah Nusra adalah dari Hizbut
Tahrir (mungkin karena kesamaan benderanya) dan bahkan ada juga yang
menduga mereka adalah dari jama’ah Ikhwanul Muslimin disebabkan petinggi
Ikhwanul Muslimin di Suriah kala itu membela Jabhah Nusrah, namun
rilisan-rilisan video dan gaya tempur mereka layaknya singa-singa Daulah Islam Irak,
membuat Al-Mustaqbal yakin bahwa mereka berafilisasi dengan Daulah
Islam Irak atau yang lebih dikenal sebagai Al Qaeda Irak pada kala itu,
meskipun sebenarnya Al Qaeda sudah lama bubar di Irak (sejak tahun 2006).
Mulai terpisahnya pejuang bercorak Islam
di Suriah dengan FSA, semakin memperkuat pada masa itu akan munculnya
Kekhilafahan dari bumi Jihad Suriah. Terlebih para pejuang suriah yang
bercorak Islam juga menghendaki berdirinya Kekhilafahan, bukan sistem
kerajaan layaknya Arab Saudi maupun sistem demokrasi layaknya Indonesia.
Sebagaimana yang tertuang dalam sumpah salah satu dari mereka yang
dirilis pada tanggal 17 Desember 2012, “Terbentuknya Ansar Al Khilafah“
Sehingga jauh sebelum konflik FSA
terjadi pada pertengahan 2013, berangkat dari pemahaman bahwa Al Haq
tidak mungkin bersatu dengan Al Bathil, Al-Mustaqbal sudah memprediksi
akan terjadi gesekan antara FSA yang berbendera Nasionalis, dengan para
faksi-faksi yang berbendera Tauhid. Hingga beberapa pekan kemudian (24
Desember 2012), Jurnalis Al-Mustaqbal berhasil mewawancarai seorang
mujahidin Suriah dari faksi Kataib Al Muhajirin. Dalam wawancara
tersebut, beliau menyatakan “Besar kemungkinannya kami akan memerangi Free Syrian Army”,
sontak artikel Al-Mustaqbal tersebut mendapatkan reaksi dan kecaman
disebabkan kala itu sebagian kaum muslimin sangat bersimpatik dengan
FSA. Namun apa yang diucapkan sang mujahid tersebut benar-benar terjadi,
dan Alhamdulillah kini FSA semakin jelas arah dan tujuannya (yakni
Demokrasi).
8 April 2013 – Berdirinya Daulah Islam Irak dan Syam, dan dibubarkannya Jabhah Nusrah
Sebuah langkah sejarah telah mengejutkan
kawan dan lawan setelah deklarasi dari Amir Daulah Islamiyah Iraq,
Syaikh Abu Bakar al Hussaini al Quraisy al Baghdady pada tanggal 8 April
2013, bahwa mujahidin Daulah Islamiyah adalah orang orang yang
memerangi rezim Suriah selama beberapa bulan terakhir ini dibawah
bendera “Jabhatun Nusrah li Ahli Syam min Mujaahidin Syam fie Saahatil Jihad” dan bahwasannya Jabhat al Nusrah merupakan perpanjangan dan bagian dari Daulah Islam Iraq.
Dijelaskan oleh amir Daulah Islamiyah
Iraq, Syaikh Abu Bakar al Baghdady bahwa alasan mereka menggunakan nama
“Jabhat al Nusrah” dan tidak menggunakan nama resmi mereka “Daulah
Islamiyah Iraq” adalah untuk memberi kesempatan bagi rakyat Suriah untuk
menyaksikan sendiri dan memberi penilaian terhadap apa yang mereka
saksikan dari akhlaq, adab, keberanian, kepahlawanan mujahidin Jabhat al
Nusrah lepas dari image yang selama ini telah dibangun oleh media
sekuler dalam menggambarkan mujahidin al Qaidah.
Maka telah ditunjukkan ke seluruh dunia
bahwa kepahlawanan mujahidin Jabhat al Nusrah di Suriah adalah sebuah
contoh tentang ketulusan, ketenangan dan ketangkasan dalam pertempuran.
Dan sungguh mereka telah menunjukkan perilaku Islami yang menyertai
mereka dan dalam pertempuran mereka untuk menegakkan Daulah Islam.
Deklarasi ini membungkam dan menampakkan
sosok asli sejumlah media berbagai harokah, yang awalnya mendukung dan
mengelu-elukan Jabhat An Nusra, sebagai “pilihan alternatif” dari Al
Qaeda yang dipandang tidak sesuai manhaj mereka. Namun setelah adanya
deklarasi ini membuat lidah mereka kelu untuk kembali mengelu-elukan
Jabhat An Nusra yang ternyata adalah bagian dari Daulah Islam Irak, atau
yang saat itu disebut sebagai Al Qaeda Irak.
Sebagai pemimpin tertinggi Jabhah An Nusrah [1],
Syaikh Abu Bakar Al Baghdadi memerintahkan seluruh pejuang Jabhah An
Nusrah menyatukan diri dalam Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS). Hal ini
mengakibatkan berbondong-bondong mujahidin Jabhah An Nusrah membuka
identitas aslinya dan merapatkan barisan kedalam ISIS, dan tidak hanya
itu, deklarasi ini membuat banyak faksi lain menyatukan diri, dan
menarik ribuan muhajirin dari seluruh dunia. Sehingga semakin
membesarlah Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) dan menjadi kekuatan jihad
terbesar di Syam dan Irak.
Namun ternyata, ada alasan utama dibalik pembubaran Jabhah An Nusrah ini, yang akhirnya terkuak satu tahun
setelah deklarasi ISIS ini. Yakni mulai disusupinya Jabhah An Nusrah
oleh orang-orang yang diblacklist oleh Daulah Islam Irak, cerita ini
begitu panjang dan dapat dibaca di “Jabhah Nusrah & ISIS“
[1] Pemimpin Jabhah An
Nusrah, Abu Muhammad Al Jawlani digelari sebagai Mas ul Am (Pemimpin
Umum / Komandan) bukan Amir (Pemimpin Utama). Menunjukkan bahwa ia
bukanlah pemimpin sebenarnya.
29 September 2013 – Thagut Saudi Mulai Bermain Di Suriah, Namun Makar Allah Lebih Dahsyat
Sejak di deklarasikannya ISIS dan
jelasnya eksistensi Al Qaeda Irak di Suriah pada bulan April, situasi
jihad di Suriah semakin memanas Iran & Lebanon mulai mengirimkan
pasukan Syiah nya, dan ISIS semakin membesar. Hal ini membuat
kerajaan-kerajaan Arab di sekitar Suriah khawatir, karena Syiah dan ISIS
-meskipun sunni- adalah ancaman bagi singasana mereka. Syiah sudah lama
ingin menguasai Timur Tengah, sedangkan ISIS berkehendak mendirikan
Kekhilafahan di Timur Tengah, yang artinya sistem kerajaan akan dihapus
dan bersatu dalam naungan Khilafah.
Ketika propaganda untuk mengadudomba Al
Qaeda dan ISIS tidak berjalan dengan baik, dengan diamnya Syaikh Ayman
Az Zawahiri terhadap permintaan Abu Mariyah Al Qahtaniy untuk memfatwakan ISIS sebagai khawarij, bahkan hingga hari ini. [2]
Maka dikumpulkanlah
faksi-faksi Islam yang moderat untuk memberikan alternatif lain kepada
penduduk Suriah dalam memilih “pahlawannya”, dan pada tanggal 29 September 2013 dibentuklah Jaisy Al Islam,
lalu merapatnya Jabhah Islamiyah dan Ahrar Asy Syam. Yang bertujuan
untuk memerangi Bashar Al Assad dan ISIS serta menolak FSA yang didukung
Amerika, hal ini diketahui setelah pemimpin Jaisy Al Islam, Zahran
Alloush bertemu dengan Kepala Intelijen Saudi, Pangeran Bandar bin
Sultan serta menteri luar negeri Qattar Khaled al-Attiyeh, mendapatkan
gelontoran dana milyaran dollar dan bantuan persenjataan.
Sejak saat ini mulailah terjadi
gesekan-gesekan, bentrok hingga baku tembak yang tidak pernah ada
sebelumnya. Yang semua itu bermula dari tuduhan-tuduhan palsu terhadap ISIS. Berkali-kali perjanjian damai dilakukan, namun sungguh mereka tidak akan ridho hingga ISIS kembali ke Iraq.
Hingga puncak konfliknya, terjadi pada bulan Januari 2014 dimana ISIS ditusuk & dikhianati dari belakang, kala itu merebak isu setiap mujahidin asing dari Eropa yang berwajah non-arab, dituduh sebagai agen Amerika lalu dibunuh.
Hal ini membuat ISIS menarik seluruh
pasukannya dari wilayah-wilayah Jabhah Islamiyah dan Jaisy Al Islam dan
berkumpul di kota Raqqa. Ditarik mundurnya pasukan ISIS ini sempat
menjadi kabar gembira bagi mereka selama tiga bulan, dan disebarkan di
media-media seluruh dunia, sedangkan mujahidin ISIS hanya bersabar.
Terlebih sejumlah masyaikh menyarankan agar ISIS kembali ke Iraq sebagai
solusi. Laa hawlaa walaa quwata ila billah!
Namun tanpa disangka, mujahidin yang
berdatangan di Raqqa begitu besar bahkan melebihi perkiraan
qiyadah-qiyadah ISIS, para muhajirin yang tidak berwajah arab / asing
dari seluruh dunia berdatangan ke Raqqa meminta perlindungan kepada ISIS
disebabkan isu tersebut. Dan sejumlah pemimpin faksi-faksi jihad besar
seperti Kataib Al Muhajirin,
justru menggabungkan diri dengan ISIS disebabkan kejadian ini. Dukungan
dari ketua kabilah-kabilah setempat dan ramainya masyarakat yang
meminta ISIS untuk melindungi mereka, juga memperkuat moral dan barisan
ISIS.
Sehingga kisah duka, tiba-tiba menjadi
kisah yang penuh hikmah, dan Syaikh Abu Bakar Al Baghdadi serta Qiyadah
ISIS melihat jelas sebuah prospek dan harapan dari kekuatan pasukan
sebesar itu, kekuataan yang tidak pernah didapatkan sebelumnya dan hanya
dapat terlihat jika semua berkumpul di satu tempat. Maka sungguh musuh-musuh Islam membuat makar namun Allah sebaik-baiknya pembuat makar.
Kesalahan strategi intelijen Arab Saudi
ini justru mempercepat mimpi buruk Arab Saudi untuk menjadi kenyataan.
Dan membangunkan ISIS akan kemampuan yang dimilikinya, yakni memimpin
masyarakat dalam nanungan Khilafah. Maka dengan kekuatan pasukan ini,
ISIS pun dapat mulai memberikan jawaban kepada lawan dan kawannya satu
per satu.
11 Juni 2014 – Jawaban untuk Masyaikh Jihad! “Kami Akan Kembali Ke Irak Dan Mengambil Alih Provinsi Anbar dan Mosul”
Atas izin Allah, kekuataan pasukan yang
begitu besar ini diarahkan untuk menjawab berbagai permintaan lawan dan
kawan. Pada bulan Mei – Juni 2014, ISIS secara mengejutkan merebut
Provinsi Anbar, Fallujah dan Nainawa. Satu persatu kota-kota di Irak
jatuh, ya! ISIS telah kembali ke Iraq dan mempertahankannya, ISIS telah
keluar dari persembunyian dan mulai memasuki kota-kota di Irak. Jalannya
pertempuran ini tercatat dalam sebuah video mengerikan bertajuk “Saleel Sawarim 4“, yang merasuk ke dalam dada pasukan Syiah Irak.
Tepat pada 11 Juni 2014, kota Mosul jatuh tanpa perlawanan yang berarti.
Layaknya kisah-kisah pertempuran zaman Khulafurasyidin, kota Mosul
diserbu selama 4 hari, mesjid-mesjid kota Mosul mengumandangkan Adzan,
takbir dan seruan jihad tanpa henti siang dan malam. Membuat tentara
Syiah Irak ketakutan, dan akhirnya pada hari keempat, 800 mujahid ISIS berhasil mengalahkan 30.000 pasukan Irak, Alhamdulillah.
Pada minggu berikutnya, satu persatu kota di Iraq jatuh hingga mujahidin ISIS mendekati Baghdad.
Juru bicara ISIS meminta agar pasukannya tawadhu dan tidak berbangga
diri, dan melanjutkan langkah hingga ke Najaf dan Karbala, ibukota agama
Syiah. Situasi di Baghdad lumpuh total, Kota Baghdad dikepung dari
Utara, Barat dan Selatan oleh ISIS. Airport dipenuhi sesak oleh warga
Irak yang ingin keluar negeri. Namun tiba-tiba tentara ISIS menghilang
dari pintu-pintu masuk kota Baghdad.
Sebuah strategi yang membingungkan, dan hanya dapat saya (penulis)
mengerti maksudnya berbulan-bulan setelahnya. ISIS sejak tahun 2009
terkenal dengan strategi geriliya yakni sengaja mundur dan memancing
pasukan Irak masuk ke kota-kota sehingga mudah diserang, namun menarik
mundur ketika kota Baghdad hampir jatuh dalam sebuah serangan ofensif,
itu bukanlah gaya mujahidin Irak. Kenapa serangan petir ini tidak
dituntaskan? -akan dijawab di bab selanjutnya-
Pada 12 Juni 2014, ISIS melakukan gebrakan dengan meratakan seluruh perbatasan Sykes Picot yang membelah Irak dan Suriah di Hasakah,
saat itulah banyak yang tersadarkan dan bahkan saya yakin para Masyaikh
Jihad juga seperti itu, bahwa sebenarnya garis perbatasan antara negara
Irak dan Suriah itu tidaklah ada dan tidak perlu diakui dengan meminta
ISIS mundur hingga dibalik pagar pembatas negara Irak dan Suriah.
29 Juni 2014 – Jawaban untuk Jaisy Al Islam dan Thagut Saudi : “Inilah Janji Allah!”
Semenjak jatuhnya kota Mosul, mulai
beredar foto-foto ghanimah yang luar biasa, dan diangkutnya ribuan
senjata ringan maupun berat ke kota Raqqa, Suriah. Para pemberontak
sekuler FSA dan Milisi bayaran Saudi Arabia mulai ketar ketir. Bagaimana
tidak! Pemberontak Sekuler di Suriah, sudah bertahun-tahun mengemis
kepada Amerika agar mendapatkan bantuan persenjataan seperti Tank, Rudal
Anti Pesawat, Humvee, Uang, dan lain-lain. Namun selalu ditolak Amerika
dikarenakan mereka khawatir teknologi negara adidaya tersebut justru
jatuh ke tangan mujahidin. Namun mujahidin ISIS yang hanya “mengemis”
kepada Allah, diberikan itu semua melalui melalui Ghanimah yang berkah
lagi mulia, sehingga kini mereka menjadi organisasi jihad terkaya di
dunia.
Ghanimah yang berupa puluhan tank,
humvee, rudal anti pesawat, dll diangkut ke Suriah, membuat ngeri
gerombolan mereka (yang memang memandang kekuatan berdasarkan jumlah
alutista). Kekhawatiran mereka itu terlihat di status-status dan
komentar mereka di twitter. Bagaimana tidak khawatir, karena dulu mereka
mengusir ISIS, membunuh muhajirin, istri-istrinya, dan membakar
markasnya, kini Daulah kapanpun dapat kembali dengan kekuatan yang lebih
besar dari sebelumnya, kekuatan yang tak pernah mereka sangka akan
dimiliki Daulah dalam waktu tiga bulan.
Sikap ISIS yang memindahkan
persenjataan besar-besaran dari Mosul ke kota Raqqa daripada
menghancurkan Syiah di Baghdad, yang ditandai dengan ditarik mundurnya
pasukan ISIS dari pintu-pintu kota Baghdad, akhirnya terjawab. ISIS
mengumpulkan seluruh kabilah-kabilah dari wilayah Suriah hingga ke
Wilayah Irak, salah satu yang terdokumentasi adalah pertemuan akbar di
Manbij, Allepo. Yang mana pertemuan tersebut ternyata adalah
musyawarah pembentukan sebuah negara baru di daerah yang telah dikuasai
oleh ISIS. Dalam
pertemuan tersebut, disepakati bahwa model negara bukanlah negara
dengan sistem demokrasi maupun kerajaan, namun Kekhilafahan. Maka pada tanggal 29 Juni 2014, Syaikh
Abu Muhammad Al Adnani mengumumkan telah berdirinya Kekhilafahan kepada
kaum muslimin, dalam sebuah pernyataan berjudul, Inilah Janji Allah.
Musyawarah Akbar Para Kabilah Dari Irak hingga Syam, Bersepakat Mendirikan Kekhilafahan.
Keputusan masyarakat Suriah
dan Irak untuk tidak memilih negara dengan sistem demokrasi ataupun
kerajaan, ternyata banyak ditentang oleh sebagian kaum muslimin di
berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Namun bagaimanapun juga, syarat sah mendirikan khilafah telah terpenuhi. Maka wajib ISIS untuk dibubarkan, dan Kekhilafahan sebagai gantinya.
Kini Kekhilafahan lebih fokus
memperbaiki infrastruktur dan mempertahankan kota-kota yang berhasil
direbut, karena mereka tidak sekedar Thaifah Muqotilah, namun telah
menjadi Kekhilafahan yang harus melindungi rakyat dan muhajirin. Inilah
sebabnya pada waktu yang lalu, penaklukan kota Baghdad tidak lebih
diprioritaskan dibandingkan mengamankan wilayah kekhilafahan.
Dampak dari didirikannya dan ekspansi kekhilafahan ini, membuat ciut tentara FSA dan militant bekingan Saudi,
terlebih ketika Kekhilafahan terus mencaplok wilayah mereka satu
persatu. Dan mengambil kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya direbut
oleh FSA ataupun Jaisy Al Islam. Dan tentu saja, hadirnya kekhilafahan
ini mengguncang kerajaan di Jazirah Arab dan merupakan mimpi buruk yang
menjadi kenyataan.
Oktober 2014 – ‘Ala Minhajin Nubuwah! Lalu Dimana Imam Mahdi?
Pada bulan Juli hingga Oktober 2014, adalah masa dimana pejuang-pejuang Suriah seperti, Ahrar Asy Syam menyatakan mundur memerangi Kekhilafahan, dan banyak diantara mereka yang justru bergabung dengan Kekhilafahan, dan sejumlah tentara Ahrar Asy Syam juga ditangkap dan diqishas oleh Kekhilafahan. Bahkan hingga Januari 2015 ini, bergabungnya tentara-tentara Ahrar Asy Syam dan Jabhat An Nusra ke Kekhilafahan masih terus mengalir.
Tidak hanya itu, bai’at juga mengalir dari mujahidin di seluruh dunia. Seperti yang telah lama diketahui, Daulah sebelumnya berdiri setelah dibai’at oleh 12.000 mujahidin Al Qaeda, dan Ahlul Aqli Wal Aqd Irak. Kini mujahidin dari berbagai belahan dunia, mulai menyatakan dukungannya kepada Kekhilafahan. Dan setiap hari ratusan pemuda dari seluruh dunia bergabung dengan Kekhilafahan. Tujuan mereka satu, yakni berusaha sekuat tenaga agar kekhilafahan ini, benar-benar berada diatas Manhaj Kenabian, Insyallah.
Ya! tidak ada satupun yang memastikan
bahwa kekhilafahan ini adalah Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwah, namun
tidak ada salahnya berharap dan berusaha agar Kekhilafahan ini adalah
Khilafah yang akan menjadi pilar, cikal bakal, dan embrio Khilafah
diatas Manhaj Kenabian. Apakah kalian berfikir bahwa Mujahidin akan
ridho’ menamakan Khilafahnya sebagai Khilafah Ala Minhajin Al Saud? atau
Khilafah Ala Minhajin Al Amirika? tentu tidak, karena nama adalah
sebuah do’a dan harapan. Dan tidaklah salah jika menamakan Kekhilafahan
ini dengan nama yang baik.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Katsir, bahwa pilar-pilar kekuasaan Imam Mahdi akan muncul terlebih dahulu oleh penduduk di wilayah Timur dimana bendera-bendera mereka berwarna hitam. Maka ketika Imam Mahdi muncul, ia akan dinobatkan atau dikukuhkan sebagai seorang Amirul Mukminin.
Tahukah kalian apa itu pilar-pilar kekuasaan? ia ialah adanya Wilayah, adanya Penduduk Yang Membai’atnya, adanya Persenjataan dan Pasukan Untuk Mempertahankan Kedaulatannnya.
Jika salah satu dari pilar ini kurang, maka tidak bisa disebut sebagai
sebuah Kekuasaan/Pemerintahan.Bagaimana engkau bisa mengaku berkuasa
jika tidak ada wilayah yang engkau kuasai? jika tidak ada penduduk yang
mengangkat dan mengakuimu sebagai penguasa mereka, atau bahkan
persenjataan dan pasukan untuk mempertahankan kekuasaan dan
kedaulatanmu?
Maka disinilah peran pasukan Panji Hitam
dan penduduk Timur dalam menyambut kehadiran Al Mahdi, yakni
mempersiapkan pilar-pilar kekuasaan. Sehingga ketika Imam Mahdi muncul,
ia dapat terlindungi dan langsung berkuasa. Oleh sebab itulah mereka
disebut oleh para ulama sebagai “Penolongnya Imam Mahdi”.
Lalu dimanakah pilar-pilar itu sekarang?
Pilar-pilar ini jelas maksudnya adalah sebuah negara (Wilayah +
Penduduk + Persenjataan + Pasukan). Maka dapat kita lihat realitanya
pada masa ini, ada sejumlah negara berdaulat yang memiliki pilar-pilar
tersebut di Syam ataupun di daerah Timur, seperti negara Suriah, Arab
Saudi, Palestina, Irak, Afghanistan, Jordania, Lebanon, dan tentu saja
sebuah negara yang masih muda, Kekhalifahan Ibrahim.
Dan jika kita teliti, hanya ada satu
negara yang penduduknya menggunakan bendera hitam sebagai bendera negara
mereka. Yang manakah mereka? pantaskah pasukan negara tersebut disebut
sebagai penolong Imam Mahdi? Mungkinkah negara mereka yang akan menjadi
negara tempat Imam Mahdi duduk bertahta? perlukah saya menjawabnya?
23 Januari 2015 – Kematian Raja Abdullah dan Kemunculan Raja Salman Bin Abdul Aziz
Wafatnya penguasa dua kota suci (Arab
Saudi) Abdullah bin Abdul Aziz, memang tidak bisa lepas dari nubuwat
kemunculan Imam Mahdi. Banyak kaum muslimin yang berharap agar Imam
Mahdi dapat segera muncul saat ini juga dan mengakhiri perpecahan kaum
muslimin, dan membawa kembali kaum muslimin dalam kehidupan yang
rasyidah dan berkah. Namun semuanya kembali kepada Allah, sedangkan kita
hanya dapat tawakal menerima alur sejarah yang telah dibuat oleh Allah.
Akankah generasi kita dapat melihat kemunculan Imam Mahdi, ataukah
generasi setelah kita yang dapat melihat hal itu, semuanya berada di tangan Allah.
Namun kemunculan Raja Salman sebagai
penguasa dua kota suci ternyata memberikan goresan sejarah yang terlihat
sebagaimana Nubuwat yang telah dikabarkan ribuan tahun yang lalu, “tiga
orang putra khalifah akan berperang……” sebelum kemunculan Imam Mahdi.
Bagaimana ceritanya?
Khalifah dalam tata bahasa arab adalah
gelar bagi penguasa, seorang Amirul Mukminin sudah pasti adalah seorang
khalifah (pemimpin), namun seorang khalifah (pemimpin) belum tentu
adalah seorang Amirul Mukminin Min Kum yang harus ditaati dan berdosa jika memberontak terhadapnya. Clear? lengkapnya dapat download kitab Imamah Uzmah yang telah diterjemahkan oleh Al-Mustaqbal.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa
Raja Abdul Aziz ibn Saud mewariskan agar kerajaannya dipimpin oleh
anaknya yang paling tua lalu diwariskan hingga ke yang paling tua
setelahnya, terus begitu hingga anak terakhir yang paling muda.
Setidaknya Raja Abdul Aziz memiliki 40 lebih orang anak. Namun yang
paling “berkuasa” adalah anak-anak Sudairi,
Hassa al Sudairi adalah salah seorang istri raja Abdul Aziz yang
memiliki kedudukan dan nasab yang terpandang dibandingkan Istri-istri
yang lain. Hampir seluruh generasi kerajaan Arab Saudi, anak-anak
Sudairi lah yang memegang tampuk kekuasaan secara bergantian. Dan kini
hanya tinggal 13 putra saja yang tersisa selain Raja Salman, setelah meninggalnya Raja Abdullah.
- Bandar bin Abdulaziz (born 1923)
- Mishaal bin Abdulaziz (born 1926)
- Abdul Rahman bin Abdulaziz (born 1931)
- Mutaib bin Abdulaziz (born 1931)
- Talal bin Abdulaziz (born 1931)
- Nawwaf bin Abdulaziz (born 1933)
- Turki II bin Abdulaziz (born 1934)
- Abdul llah bin Abdulaziz (born 1939)
- Mamdouh bin Abdulaziz (born 1940)
- Ahmed bin Abdulaziz (born 1942)
- Mashhur bin Abdulaziz (born 1942)
Ketika Raja Abdullah meninggal,
seharusnya yang menggantikannya adalah anak tertua yang masih hidup,
yakni Pangeran Bandar bin Abdul Aziz, namun karena ibunya berasal dari
Moroko dan bukan asli Arab Saudi, maka ia dikeluarkan dari garis pewaris
tahta. Oleh karena itu seharusnya jatuh kepada Pangeran Mishaal bin
Abdul Aziz, namun pangeran Mishaal sudah berkali-kali protes karena
tidak ditunjuk sejak raja Fahd meninggal, karena dia lah yang paling
berhak, namun anak-anak Sudairi menyingkirkannya dari garis pewaris
tahta.
Karena Pangeran Mishaal dikeluarkan dari
garis tahta, maka Pangeran Talal bin Abdul Aziz lah yang seharusnya
memimpin, namun Talal bin Abdul Aziz terkenal dengan sebutan “The Red
Prince”, atau Pangeran Merah. Ini disebabkan pemikirannya
terang-terangan liberal dan sekuler, pernah berusaha mengubah
sistem-sistem kerajaan Arab Saudi. Oleh sebab itulah dia dikeluarkan
dari garis tahta oleh anak-anak Sudairi, untuk menggantikan posisi Raja
Abdullah, sehingga jatuhlah kekuasaan kepada Salman bin Abdul Aziz,
salah satu anak Hassa Al Sudairi.
Raja Salman, yang anaknya Pangeran
Khaled bin Salman merupakan pilot yang membombardir kaum muslimin di
Kekhilafahan, juga sudah tua dan memiliki masalah kesehatan. Sedangkan
penggantinya jika ia meninggal, adalah Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz,
kepala Intelijen Saudi Arabia. Ditunjuknya Pangeran Muqrin sebagai
pengganti Raja Salman nantinya, merupakan kebijakan dari Raja Abdullah
pada tahun 2014, ditunjuknya Pangeran Muqrin sebenarnya tidaklah tepat,
karena masih ada kakak-kakaknya yang masih hidup dan mendapatkan protes
dari anak-anak Sudairi.
Karena Pangeran Muqrin selalu dianggap
sebagai “orang luar” oleh anak-anak Sudairi karena ibunya adalah budak
dari Yaman, dan bukan asli orang Saudi Arabia yang terpandang layaknya
anak-anak Sudairi. Dan Pangeran Muqrin bisa saja sewaktu-waktu
dikeluarkan dari garis tahta jika raja Salman ingin membatalkan
kebijakan Raja Abdullah atau dengan cara-cara lainnya yang membuatnya
menjadi tidak pantas mewarisi tahta. Atau juga jika Pangeran Muqrin
wafat lebih dulu karena sudah memang sangat tua. Banyak hal bisa
terjadi. Namun “bom waktu” perebutan kekuasaan sebenarnya adalah siapa
yang akan menggantikan Pangeran Muqrin!
Raja Fahd As Sudairi > Raja Abdullah >
Ditunjuknya Pangeran Muhammad bin Nayef
As Sudairi oleh Raja Salman sebagai pewaris tahta nantinya jika Pangeran
Muqrin sebagai raja wafat, sangat kontroversi. Karena ia adalah cucu
dari Al Saud, sedangkan anak-anak Al Saud masih banyak yang hidup. Dari
sini terlihat bagaimana anak-anak Sudairi ingin mempertahankan tampuk
kekuasaan ke generasinya.
Saat ini saja, anak-anak Al Saud masih
saling berkompetisi untuk menjadi Raja, namun justru cucu Al Saud yang
ditunjuk, sehingga besar kemungkinan ketika Raja Salman mangkat, maka
perselisihan dan perebutan kekuasaan tidak dapat diredam lagi. Karena
bisa saja 3 dari 13 anak-anak Al Saud yang masih hidup saling berebut
tahta, terutama pangeran Mishaal dan Talal yang masih hidup dan
berambisi menduduki tahta. Atau mungkin saja perebutan itu ada pada
cucu-cucu Al Saud yang lain, seperti tiga putra Raja Salman yang
berpotensi menduduki tahta ikut berpolitik agar masuk ke dalam garis
pewaris tahta. Semua bisa saja terjadi.
Akankah Al-Mahdi hadir pada masa-masa ini? Wallahu’alam!Februari 2015 – 60 negara telah bersatu menggempur Khilafah
Menyongsong nubuwah Rasulullah memang sangat menarik, terlebih Foreign Policy mencatat kini terdapat 60 negara (tidak lebih dan kurang) yang berkoalisi untuk melawan Kekhilafahan.
Apakah sebuah kebetulan atau rekayasa? Dan Kekhilafahan sejatinya telah
hadir dalam kancah pertempuran Suriah sejak dua-tiga tahun yang lalu
dan masih bertahan. Bahkan jika melihat perjuangan mujahidin di Irak,
maka ia telah hadir sejak 13 tahun yang lalu dan masih bertahan hingga
kini.
Dan semakin hari, khilafah ini semakin
kuat. Apakah kita harus menutup mata dengan banyaknya bai’at yang
mengalir dari berbagai faksi jihad? dengan banyaknya laporan muhajirin
yang berdatangan setiap harinya untuk merapat bersama Khilafahnya?
dengan banyaknya ucapan-ucapan depresi dan putus asa oleh Jenderal dari
negara sang pemimpin perang, Amerika?
Maka jika kita berfikir realistis saja,
Kekhilafahan ini dengan semua sumber dayanya masih dapat bertahan hingga
10 tahun kedepan. Ketika salah seorang dari mereka gugur, orang yang
lain akan menggantikan dan mengibarkan panjinya. Terlebih masyarakat
syam sudah dapat beradaptasi berada dibawah naungan Khilafah.
Jika engkau sudah tahu kapan tepatnya Al
Mahdi akan muncul, maka tunggulah dia. Namun jika engkau tidak
mengetahui kapan waktunya, jangan sia-siakan umurmu dengan menunggunya
dari rumahmu.Bangkitlah wahai singa! berangkat lah menyongsong abad ‘Ala
Minhajin Nubuwah dengan menjadi tentaranya, bukan menjadi penonton!
Karena sungguh, kami semua ingin engkau
menjadi Khafilah/Rombongan nya Al Mahdi, menjadi orang yang menobatkan
dan mengukuhkannya, menjadi orang yang akan menjemput dan menolongnya.
Datanglah ke Syam dan jadilah bagian dan penuhi nubuwat Rasulullah.
Maka hijrahlah! bahkan jika engkau hijrah dan lebih memilih FSA, atau Jaisy Al Islam sebagai panji jihad mu, silahkan saja. Karena jika engkau memang jujur dengan niat jihadmu! engkau pasti akan ditunjukkan dan dituntun oleh Nya.
Wallahu’alam!
Oleh: Abu Yusuf, Al-Mustaqbal Channel.
Ulasan
Catat Ulasan
Ulaslah Yang Terbaik..